Sabtu, 29 Juni 2013
Proyektor Yang Digunakan Bioskop Indonesia
Bagi movieholic mungkin mengerti hal terpenting saat menonton film dibioskop adalah kualitas gambar yang baik dan jernih. Kualitas gambar yang baik dan jernih dihasilkan dari proyektor yang juga harus berkualitas. dan tahukan kalian proyektor apa yang diapakai bioskop di Indonesia...????(hayooo apa..??)
buat yang nebak
100 buat kalian...(ambil di Pak ogah ya...hahaha)
ya betul di Bioskop Indonesia masih memakai 2 digital proyektor tersebut.
Kedua proyektor diatas memiliki kualitas bentang 4k (3.840 x 2.160 Pixel)
Secara resolusi, kopi film 35mm “tradisional” masih lebih unggul dari format DCP yang sekarang ada. Format kopi film 35mm diperkirakan setara dengan resolusi 8K sedangkan format tayang di bioskop digital yang paling tinggi kualitasnya masih 4K. Kelebihan format digital adalah kejernihan kualitas gambar yang selalu konsisten karena tidak adanya risiko gambar cacat atau kotor karena sentuhan fisik seperti yang terjadi dengan kopi film.
Sejarah Digital Cinema ini sendiri bermula pada tahun 2002 dimana pada saat itu para Major Studio Hollywood membentuk sebuah organisasi yang bernama Digital Cinema Initiative (DCI). Organisasi ini diciptakan untuk menentukan standar arsitektur untuk bioskop digital agar tercapai model yang seragam secara global, berkualitas tinggi dan tangguh. Dengan mengacu pada standar Society of Motion Picture and Television Engineers (SMPTE) maupun International Organization for Standardization (ISO) maka ditentukan standar/format tertentu yang harus diaplikasikan untuk menyiapkan master materi film, sistem distribusinya, sampai ke urusan perlindungan isi film (content), pengacakan (encryption), dan penandaan khusus untuk menghindari pembajakan (forensic marking). Semua teknologi bioskop digital yang memenuhi persyaratan mereka disebut DCI Compliance (sesuai/cocok dengan DCI). Perbedaan dasar antara sinema analog dengan digital adalah cara pengemasannya (packaging), distribusi, dan penayangannya.
Untuk pendistribusian sebuah film, idealnya produser/rumah produksi mengirim materi ke server bioskop pada waktu dan tempat yang ditentukan lewat jaringan satelit. Kenyataaannya, karena keterbatasan infrastruktur, sampai sekarang materi film dikirim secara fisik dalam bentuk hard disk portable ke bioskop tujuan dan kemudian datanya ditransfer ke server bioskop.
Materi film itu baru bisa ditayangkan bila dimasukkan nomor seri khusus ke dalam sistem proteksi isi, pengacakan, dan penandaan khusus yang menempel pada materi film digital itu. Teknologi sistem proteksi isi ini disebut Key Delivery Message (KDM). Dengan KDM, materi film digital hanya bisa dibuka dengan nomor seri khusus pada waktu dan di tempat yang sudah ditentukan. Apabila terjadi pembajakan di bioskop, dengan alat khusus dapat dibaca watermark digital di kopi bajakan sehingga dapat dilacak di bioskop mana dan kapan pembajakan terjadi.
Untuk harga investasi sendiri, jelaslah harga investasi Bioskop Digital ini jauh lebih mahal ketimbang bioskop analog, perlu di ketahui harga satu projector berkisar USD 150.000 bandingkan dengan harga proyektor analog yang hanya USD 50.000 belum lagi di tambah beban pembelian server dimana satu alatnya berkisar sekitar USD 8.800.
Reference
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar